Tsuzuki Kyoichi For the exhibition El Jardín de las Delicias (
Istana Sperma: Planit Sexoids
Beberapa waktu yang lampau, hampir setiap tujuan wisata memiliki tempat wisata yang terkesan aneh yang bernama Hihokan –yang artinya “Aula Pusaka Rahasia”. Walaupun disebut “ Pusaka Rahasia,” bukanlah memamerkan objek seni atau permata bertarad pusaka Negara.
Hakikatnya, tempat itu merupakan sex museum. Pusaka rahasia, yakni pusaka yang dirahasiakan, merangsang langsung terhadap kepekaan khas dari orang jepang dimana huruf “Hi” yang berarti “rahasia” secara tidak sadar dikaitkan langsung dengan seniman yang memiliki arti tertentu. Nama ini adalah penamaan yang sangat jitu.
Hihokan yang pertama kali muncul di permukaan bumi ini adalah Hihokan internasional pada tahun 1971 di Ise, Prefektur Mie. Koleksi yang terdiri dari sejumlah referensi etnologis yang berkaitan dengan kelamin memang terdapat di seluruh dunia, namun Hihokan Internasional ini selangkah lebih maju kedepan dari penampilan akademis dan menuju hiburan visual dengan diorama yang menggunakan mannequin yang seukuran manusia, mka sangat patut disebut “asli” dan memiliki keberadaan sebagai perintis.
Seiring dengan boom pariwisata yang mengawalinya, Hihokan tersebar dimana-mana di jepang. Pada tahun 1981, dibuka Hihokan Interntasional Toba – museum masa depan sains Fiksi di Toba, pregektur Mie. Seakan-akan masih menteret kepekaan impian pada akhir 70-an, tema utama adalah “masa depan,” yakni “drama kisah sains fiksi yang bernuansa kekenesan” yang erotis dan grotesk yang menceritakan pasukan yang menyelamatkan bumi pada masa depan yang mengalami keadaan krisis.
Namun demikian, Hihokan yang berkembang di 20 lokasi pada masa jayapun mulai kehilangan daya tarik secara drastic sejak akhir tahun 80-an, sehingga terpaksa tutup satu persatu. Hal ini bersamaan dengan masa transisi
Akhirnya, Hihokan di Toba tutup pada tahun 2000. Karena Sains Fiksi drama yang ditemakan adalah tahun 1999, maka dengan sinisnya ditempelkan kertas pengumuman:”Karena sudah masuk tahun 2000, maka kami tutup.”
Yang direproduksikan di sini adalah cuplikan imaginasi alam semesta yang amat bebas dan leluasa du Hihokan di Toba yang sudah gulung tikar. Tidak terpikirkan bahwa disatu sudut pertokoan yang lenggang, ciri khas dari tempat wisata yang sudahj kehilagan pamor, terpendam instalasi yang begitu bergairah. Lorong waktu, film yang dulu saya tonton berada di lantai bawah tanah laboratorium yang begitu mewah, namun tiada yang tahu justru lorong waktu nyata, atau pembelokan ruang dan waktu terdapat disudut
Hihokan Internasional Toba – Museum Masa Depan Sains Fiksi di Toba beroperasi terus menerus selama 20 tahun pas, dimana pada masa jayanya mencatat jumlah pengunjung yang membanggakan, namun sampai waktu terakhir keberadaanya tidak diterima dan dakui oleh masyarakat setempat. Keberadaan Hihokan yang memelas, walaupun pernah diremehkan dan dijauhi, teteapi sama sekali tidak pernah dihormati, sudah terhapus dari peta dan buku wisata, dan sdah semakinjauh dari peta dan buku wisata, dan sudah semakin jauh dari ingatan dengan kecepatan yang tinggi. Walaupun terdapat instalasi yang sebagus apapun, tetap saja tidak diakui dan dikenal sebagai “seni,” dengan demikian sebuah karya besar seniman di masyarakat yang tiada nama semakin lenyap.
Kutipan Tsuzuki Kyoichi
Partisipasi Rumah Seni Cemeti Yogyakarta dalam rangkaian besar ‘kunjungan besar’ seniman-seniman kontemporer Jepang di
Tujuan Proyek “KITA!!”
Pada awal ketika kami merencanakan penyelengaraan pameran seni kontemporer Jepang di Indonesia, muncul pertanyaan apa arti “reality” dalam konteks “pertukaran budaya” atau pun “Seni kontemporer Jepang?”
Sejak negara barat mulai mengadakan expo pada abad 19 kami pun mulai memamerkan karya dari negeri sendiri untuk memperkenalkan tradisi, sejarah atau pun kebudayaan dengan cara yang sampai saat ini masih digunakan. Sedangkan kalau kita melihat kondisi masa kini, melalui google earth- sebuah fasilitas foto satelit dengan tingkat resoluasi tinggi- sebuah alamat yang dicari akan terlihat hanya dalam beberapa detik. Kita pun bisa mencari berita terbaru dari seluruh dunia menggunakan fasilitas internet ataupun chatting dengan orang-orang yang belum dikenal dari seluruh dunia. Berkat post-kolonialisme dan globalisasi kita bisa menemukan beberapa karya seni kontemporer dari berbagai negara dalam biennale atau triennale yang diselenggarakan di seluruh dunia. Dengan situasi seperti itu, muncul pertanyaan seputar dunia seni yaitu; “Bagaimana fungsi seni dalam konteks pertukaran budaya ?” dan “Apakah ada kemungkinan melakukan pertukaran budaya melalui seni?”
Sebagai proses terhadap pertanyaan di atas, kali ini bukan melulu karya semata, tetapi lebih dari itu, kami akan membuat seniman-seniman Jepang tinggal di tempat di mana pameran akan diadakan. Dengan demikian, akan terbuka kemungkinan mereka bertatap muka dan menjalin komunikasi dengan para kurator, seniman, siswa ataupun masyarakat setempat. Menurut kami, para seniman Jepang ini akan menemukan sesuatu yang baru saat mereka menikmati suasana Indonesia melalui angin yang bertiup, saat berjalan-jalan di kota, makan masakan setempat, tidur, berbincang-bincang dengan para seniman setempat dan tentu saja saat membuat karya mereka sendiri. Walaupun kegiatan ini tampak sebagai hidup keseharian, tetapi kami berpikir bahwa saat itu lah pertukaran budaya internasional yang sesungguhnya akan terbentuk, yaitu ketika para seniman-seniman bergiat di dalam kondisi yang berbeda dari biasanya (bahasa, yang tidak biasa, kebiasaan dll). Mereka akan menemukan sesuatu yang baru melalui komunikasi dengan masyarakat setempat, ataupun mengalami respons yang berbeda dari biasanya.
Untuk pameran kali ini kami memilih seniman yang terlibat dengan kriteria berikut; (1) tidak berkarya dalam satu genre saja, (2) menggunakan beragam media (3) suka bepergian dan mampu beradaptasi dengan lingkungan atau pun menciptakan karya melalui pertukaran ide dengan masyarakat setempat. Seniman yang terlibat dalam proyek ini tidak hanya para perupa, tetapi juga kartunis, seniman media, musisi, perancang busana, performer ataupun seniman kuliner. Sengaja kami mengajak mereka dengan pertimbangan situasi terkini yang tengah berkembang dalam bidang seni di Jepang, yaitu berpadunya berbagai bidang yang saling mempengaruhi secara luwes. Kami merasa di
Kita akan menyaksikan bagaimana proses seniman-seniman Jepang menemukan sesuatu dan menjalin hubungan dengan
1. Pameran YNG di Rumah Seni Cemeti akan buka setiap hari kerja dari hari Senin sampai dengan Sabtu (hari minggu tetap tutup). Jam buka harian sebagai berikut :
Senin : buka untuk umum pukul 11.00 sampai dengan pukul 18.00
Selasa sampai dengan Sabtu : buka untuk umum pukul 09.00 sampai dengan pukul 18.00
2. Khusus untuk penutupan seluruh peristiwa pameran ini, pada tanggal 18 Mei yang jatuh pada hari Minggu, Rumah Seni Cemeti dengan pameran YNG tetap buka untuk pengunjung umum dari pukul 11.00 sampai dengan pukul 18.00.
3. Sebagian besar para Seniman dan Kurator untuk untuk hajatan besar KITA!! ini akan datang serta hadir pada masing-masing venue pameran, termasuk Yoshitomo Nara dan graf di Rumah Seni Cemeti.
Tempat penyelenggaraan:
JAKARTA
Teater Kecil - Taman Ismail Marzuki
Jl. Cikini Raya 73, Jakarta 10330
T 021-319-34740
BANDUNG
Common Room
Artist in Residence
Jl. Kyai Gede Utama no. 8 Bandung T 022-250-3404, 022-708-00620
Selasar Sunaryo Bukit Pakar Timur no. 100 Bandung 40198 022-250-7939
YOGYAKARTA
Jogja National Museum (JNM) Jl. Amri Yahya no.1 Gampingan Wirobrajan Yogyakarta 0274-586105
Cemeti Art House Jl. Dl. Panjaitan Yogyakarta T 0274-371-015
Lembaga Indonesia Perancis (LIP) : Jl. Sagan no. 3 Yogyakarta T 0274-566520
KINOKI Jl.Abu Bakar Ali no.2 Kotabaru 0274-7029085
Ruang MESS 56 Jl. Nagan Lor no. 17 Yogyakarta 55133 Jeron Benteng T 0274-375131
Opening Events
KITA!! Grand Opening
(Jumat) 18 April pk. 19:00-selesai
Jogja National Museum
Catering: Nanpu Shokudo
Performance:
Strange Kinoko Dance Co.,
Chanchiki Tornade
SONTON
Opening
(Senin) 21 April pk. 19:30-
Selasar Sunaryo Art Space
Performance:
Ujino Muneteru,
Strange Kinoko Dance Co.,
Chanchiki Tornade
Exhibition
(Sabtu) 19 April 2008 – (Minggu) 18 Mei 2008
Bandung
Selasar Sunaryo Art Space
Ujino Muneteru (installation),
Oishi Akinori (media art),
Tochka (video),
Hachiya Kazuhiko (media art),
paramodel (installation),
Matsumoto Chikara (video installation)
Jogja National Museum
Asai Yusuke (drawing),
Shiga Lieko (photography),
Shiriagari Kotobuki (installation),
SONTON (installation),
Takagi Masakatsu (video),
Chim↑Pom (video installation),
Tsuzuki Kyoichi (photography),
Namaiki (installation),
Nanpu Shokudo (video),
Nishio Yasuyuki (sculpture),
Hachiya Kazuhiko (media art),
Yodogawa Technique (sculpture, video)
Cemeti Art House
YNG (Yoshitomo Nara + graf) (installation)
Ruang MES 56
Tsuzuki Kyoichi (photography)
LIP
Theatre Products (textile, clothing)+ Abdi Setiawan (sculpture) + DAGADU (fashion)
Workshop
Selasar Sunaryo Art Space
(Sabtu) 29 Maret – (Sabtu) 12 April
Matsumoto Chikara: Handscroll Viewer
[animation & drawing]
Common Room
(Rabu) 9 April – (Senin) 14 April
Tochka: Pika Pika [video art]
LIP
(Jumat) 18 April & (Sabtu) 19 April
Theatre Products
THEATRE PRODUCTS Voyage
“CUT & SEWN” [fashion]
Cooperation: DAGADU
Performance
Taman Ismail Marzuki (TIM)
Teater Kecil
(Selasa) 15 April & (Rabu) 16 April pk. 20:00 -
Strange Kinoko Dance Co. [dance]
(Minggu) 20 April pk. 16:00 -
Chanchiki Tornade [music]
Pasar Bring Harjo
(Kamis ) 17 April ; siang hari
Chanchiki Tornade (Chindon music performance)
Video Screening
A Program: KITA!! Video All Stars
Takagi Masakatsu, Matsumoto Chikara,
Kondoh Akino, Kotaka Takuro, Tochka
B Program: Takagi Masakatsu Special
C Program: Matsumoto Chikara Special
D Program: KITA!! Assorted Video Works
Hachiya Kazuhiko, Shiriagari Kotobuki,
Yodogawa Technique, Chim↑Pom, Nishijima
Daisuke, Ujino Muneteru
Bandung
Selasar Sunaryo Art Space
Seluruh program (A,B,C,D)
Yogyakarta
Jogja National Museum
A & B Programs
Kinoki
Seluruh program
Curator’s Lecture
Yogyakarta
Jogja National Museum
(Kamis) 24 April pk. 13:00-14:30
Takahashi Mizuki “Japanese Contemporary Art in the 21st Century” + Nanpu Shokudo’s special lunch
Comic Magazine Project
Sebuah proyek yang digagas oleh Takahashi Mizuki dan Ade
Darmawan (Direktur, ruangrupa) untuk mempublikasikan majalah komik di Indonesia yang berisikan karya seniman Indonesia dan Jepang.
Seniman :
[Indonesia] Agung Kurniawan, Beng Rahadian, Eko Nugroho, Dwinita Larasati
[Jepang] Shiriagari Kotobuki, Kondoh Akino, Nishijima Daisuke, Oishi Akinori
Sumber: www.cemetiarthouse.com